Produktivitas vs Kreativitas
Pertengahan Ramadhan, malam
ke 16
Melanjutkan kembali tulisan
di blog dengan niat tak bosan-bosannya memberikan pandangan dan cara berpikir
kepada teman-teman semua mengenai susuatu yang dapat saya jangkau dengan kepala
saya.
Jadi, dua kata yang mewah di
atas adalah kata yang sering kita dengar, apalagi teman-teman anak kuliah atau
sekolah, dua kata itu adalah tuntutan bagi kita.
Ini adalah tinjauan saya
berdasarkan kaca mata anak ekonomi!
Jadi silahkan beda
pendapat dan beri komentar di bawah!
Produktif adalah kegiatan yang
dilakukan oleh individu atau kelompok dengan memanfaatkan waktu secukupnya
untuk menghasilkan sesuatu sebanyak-banyaknya. sementara, Kreatif adalah
cara individu atau kelompok dalam memperoleh sesuatu secara lebih singkat dan
mudah dan punya nilai tambah lebih.
Tapi apa yang lebih
penting daripada dua buah kata tersebut dalam kacamata ekonomi.
Dua kata tersebut
seolah mewakili dua sistem tua dalam ekonomi yaitu sistem kapitalis dan sistem
sosialis. Kapitalis diprakarsai oleh Bapak Ekonomi Adam Smith, sementara
sosialis diprakarsai oleh Karl Marx. Seperti itulah gambaran umumnya, secara
lebih khusus kata produktivitas dan kreativitas berhubungan langsung dengan
cara pandang sistem kapitalis dan sosialis mengenai ketenagakerjaan.
1. Ketenagakerjaan
dalam sistem kapitalis
Perlu diketahu Adam
Smith lah yang telah memprakarsai terbentuknya devision of labor, pembagian
tenga kerja dari buruh kasar, tenaga ahli, dll dalam suatu sistem pekerjaan.
Namun, kecendrungan hari ini memperlihatkan bahwa sistem kapitalis cendrung
hanya peduli dan mengejar keuntungan semata, tidak terlalu memperdulikan sisi
kemanusian daripada ketenagakerjaan.
Sebut saja toko-toko
mart yang berjejer di pinggiran jalan, sudahlah menjadi perusahaan besar namun
pegawainya dipaksa bekerja lebih keras melampaui apa yang seharusnya dikerjakan
oleh manusia hanya untuk memperoleh profit sebesar-besarnya, sementara apabila
ada human eror(kesalahan manusia) dalam pencatatan keuangan maka si pegawai harus
mengganti rugi atas kesalahan tersebut. Apabila ada barang yang hilang atau
dicuri oleh konsumen maka pegawai yang bekerja saat itu harus menggantinya.
Cara-cara ambisius
seperti ini memaksa orang-orang lemah(buruhnya) bekerja mati-matian untuk
memenuhi target yang telah ditetapkan. buruh rendah yang tidak punya pilihan
akan terus ikut sistem dan tidak akan pernah punya nilai tawar. Buruh dipaksa
bekerja se-produktif mungkin sampai hari perayaan agama dan kesempatan
berkumpul dengan keluarga jadi terabaikan (sebuah rasa kemanusia yang hilang
karena ambisi perusahaan).
Mengenai gaji,
memang upah diberikan sesuai UMR, tapi tahukah teman-teman bahwa itu hanya
cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari. Lalu kapan orang akan bisa menabung?
membeli rumah? menikah? atau liburan? buruh hanya menghabiskan masa muda mereka
dalam kekangan sistem yang tidak akan pernah membawa kesejahteraan bagi
buruhnya, hanya pemilik yang sejahtera dan semakin sejahtera.
Dalil-dalil Adam
Smith tentang sistem kapitalis, ekonomi yang bebas akan membawa kesejahteraan
bagi semua kalangan selalu tidak berlaku benar bagi buruh. Cita-cita Adam Smith
tentang pasar bebas yang dapat membuat setiap orang berkreativitas sehebat
mungkin agara mempunyai nilai tambah dan nilai jual dimata konsumen akan selalu
terbentur oleh para pemilik modal besar yang menciptakan sistem kerja yang
hanya untuk tujuan kesejahteraannya dan mematikan kreativitas. Untuk bisa
keluar dari jeratan sistem seperti itu buruh harus keluar dari perusahaan dan
mengembangkan sendiri potensinya untuk membuat sejahtera hidupnya sendiri.
Namun, sebelum kreativitas itu ada, dimakah seorang buruh akan mendapat sumber
daya, modal, dan bagaimana kemampuan bertahan hidupnya sampai sebuah proses
kreativitas selesai dan ditemukan untuk dijual ke masyarakat.
Saya rasa kita harus
memikirkannya bersama-sama
2. Ketenagakerjaan
dalam sistem sosialis
Banyak yang
menyamakan sosialis dengan komunis dan banyak juga yang membedakan, tapi itu
bukan soal. Yang menjadi soal adalah cara pandang dan perlakuaannya terhadap
tenaga kerja. Meski dalam sistem ini 100% aset dikuasai oleh negara, namun
warga negaranya diberikan pilihan untuk memilih sejak dini apa yang akan
menjadi bidang pekerjaan mereka. Contohlah misal negara China hari ini,
warganya bebas memilih menjadi atlet, bertani/berkebun, dll tentunya. Sebelum
mereka produktif dan bisa menghasilkan sesuatu untuk negaranya, pemerintahan
memberikan intensif bantuan dan jaminan sosial, pendidikan, kesehatan, dll agar
fokus pada pilihan tidak terganggu.
Kemudian ketiak sudah produktif dan bisa
menghasilkan pemerintah akan menyerap, tepatnya pasar pemerintah akan menyerap
barang/jasa yang ada. Tugas menjual menjadi tanggungjawab pemerintah.
Masyarakat cukup untuk menjadi produktif saja.
Sistem ini
sebenarnya sangat bagus, ada jaminan hidup dan jaminan pasar bagi bagi
masyarakat, namun ketika semua diberikan dan produktivitas tercapai yang harus
dikorbankan adalah kreativitas. Setelah memilih maka disitulah hidup mereka,
pekerjaan mereka dan dunia mereka.
Yang paling
menghawatirkan dari dikuasainya seluruh aset oleh negara adalah terjadinya
praktek KKN diantara para pejabat untuk menperkaya diri. (termasuk kapitalis
yang terlalu bebas juga mengkhawatirkan angka korupsinya.
Memang dalam suatu
sistem ada kekurangan dan kelebihannya, tugas kita adalah mencari yang terbaik
untuk memudahkan urusan dunia kita sehingga urusan akhirat kita bisa kita
jalani secara tenang.
Bagi saya
produktivitas cocok untuk sekala besar seperti negara atau suatu wlayah dalam
menggunakan tenaga kerja. Sementara kreativitas untuk lebih cocok untuk
kelompok kecil atau individu.
Sekian dulu geng
Ini dari kacamata
ekonomi, dengan segenap hati saya memohon maaf atas segala kekurangan.
#Janganlupa_Bahagia
Comments
Post a Comment